Random Post

Blog Stats

Powered by Blogger.

Translate

Join Us Here

Test Footer

Thursday, 26 June 2014


BUKTI ADANYA TUHAN

(Argumen Teleologis)

 I.   Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan bentuk yang sangat sempurna. Oleh karena itu manusia berkewajiban mencari Tuhan dengan perantaraan guru yang sedang mengenal dia agar kita tidak berbuat salah. Dunia ini dibuat oleh Tuhan hanya untuk manusia semuanya seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan benda-benda disekitar kita. Oleh sebab itu manusia wajib bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan merupakan zat yang menguasai segala yang ada di dunia dan zat Yang segala sifatnya dan dia mutlak ide tentang ketuhanan Yang Maha Esa bukan monopoli agama-agama yang diperantarai melalui wahyu Tuhan atau al-kitab. Kepercayaan akan Tuhan merupakan suatu faktor penting dalam hidup orang.  Hal ini jelas dari peranan yang dimainkan agama dalam hidup. Agama itu tidak lain dari pada cara yang tertentu untuk menghayati akan kepercayaan Tuhan. Agama menentukan sebagian besar dari hidup baik individu maupun bermasyarakat. Disisi lain orang dengan akalnya insyaf tentang hal ini dari pengalaman hidup mereka sendiri yaitu dengan cara merasionalkan agama dengan bukti-bukti yang nyata.

II. Pembahasan

Telos berarti tujuan, teleologis berarti serba tujuan. Alam yang teleleogis yaitu alam yang diatur menurut suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain alam ini dengan keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada tujuan tertentu. Bagian-bagian dari alam ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain dan bekerja sama dalam menuju tercapainya suatu tujuan tertentu.  Sedangkan teleology secara maknawi adalah diartikan sebagai tujuan, sedang kaitannya dengan filsafat ketuhanan artinya menjadi alam ini diatur menurut suatu tujuan tertentu, menurut Theo Huybers bahwa alam ini suatu keseluruhan yang diatur dan berjalan sesuai dengan aturannya. Dalam teleologi segala sesuatu dipandang sebagai organisme yang tersusun dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan erat dan bekerjasama untuk tujuan tertentu. Jadi bagian-bagian dunia ini mulai dari manusia sampai mahluk tertinggi sampai ke bintang-bintang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain yang tak bernyawa, semuanya mempunyai tugas dan bekerjasama untuk tujuan tertentu.

Pengertian lain dari argumen teleologis atau argumen rekayasa adalah yang menyatakan adaptasi organisme mahluk hidup terhadap tujuannya dan tujuan spesiesnya. Argumen ini tentu sangat hebat, ada ribuan sel otak di otak kita yang jalin-menjalin dalam suatu sistem yang bekerja bahkan dua puluh bahkan tiga puluh urat yang berbeda terlibat dalam gerak yang sederhana seperti bensin, ketika muncul luka atau kuman yang masuk ke dalam tubuh secara otomatis tubuh menyiapkan segala macam mekanisme proteksi. Berbagai sel yang berbeda tersusun sangat bagus sehingga memotong ekor salah satu hewan tingkat rendah ekor baru akan tumbuh dan sel-sel yang sama bisa berkembang untuk membentuk ekor atau kaki.


Argumen ini adalah argumen yang berasal dari analogi yang kira-kira berbunyi demikian tubuh binatang sama seperti mesin, mesin mempunyai perancang oleh karenanya tubuh binatang juga mempunyai perekayasa tapi kekuatan argumen yang berasal dari analogi itu tergantung dari kemiripan antara dua benda yang dibandingkan. Tubuh binatang berbeda sekali dengan mesin, dan Tuhan tentu tidak sama dengan manusia, sehingga argumen dari analogi yang didasarkan pada pengalaman manusia yang merekayasa mesin tidak cukup kuat untuk memberikan probalitas yang tinggi pada kongklusinya. Kritik ini akan valid jika argumen rekayasa pada intinya benar-benar merupakan argumen.


Bukti teleology ini merupakan bukti populer, dimulai dari kenyataan adanya keseragaman dalam alam dan diakhiri dengan perlu adanya sumber dari pada keseragaman itu dapat kita katakan bahwa bukti teleological adalah suatu pemakaian yang khusus tentang bukti kosmologikal. Keseragaman alam merupakan suatu bukti tentang rencana dari sumber-sumber rencana itu adalah Tuhan. Memang nyata bahwa argumen ini tidak berdiri sendiri walaupun argumen itu telah menunjukkan suatu hal yang nyata akan tetapi tak dapat yang menyampaikan kita kepada kepercayaan adanya khaliq Yang Maha Kuasa. Menurut argumen teleologis, alam ini mempunyai tujuan dan evolusinya, alam sendiri tidak menentukan tujuan itu haruslah suatu zat yang lebih tinggi dari alam itu sendiri yaitu Tuhan. Seperti halnya ontologis argumen teleology ini juga mendapat kritikan meskipun tidak semua keluar dari orang-orang materialis atau orang-orang yang dipastikan keatheisanya. Sebagai filosofis ketuhanan banyak menyangkal kemungkinan akal manusia bisa mengetahui hikmah rahasia Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tujuan-tujuan yang digantungkan kepada makhluk-makhluk hidup dan makhluk lain. Mereka mengartikan tujuan sebagai suatu macam kebutuhan dimana Tuhan yang satu dan esa serta tidak membutuhkan yang lain itu suci dari padanya.


Imanuel Kant sebagaimana argumen ontologis juga mengkritik argumen teleology namun dia mengakui argumen ini lebih jelas dan terbaik serta cocok dengan fikiran ketimbang dua argumen yang terdahulu. Walaupun demikian Kant, tidak menerima argumen ini untuk menyatukan wujud Tuhan sebab dalil rasional tidak membawa satu hal yang baru bagi wujud Tuhan. Dari rasionalnya hanya berdasarkan tumpuk fakta tidak berarti. Kritik lain dilontarkan Darwin yang mempunyai teori yang dinamakan “natural selection” (pilihan yang wajar) dahulu orang mengira bahwa teori Darwin telah melemahkan teori teleology, sebab teori Darwin menunjukkan bahwa perubahan-perubahan dalam alam bukan terjadi sebab adanya “rencana” akan tetapi karena pilihan yang wajar saja, pilihan wajar pada waktu ini dapat dimengerti untuk menerangkan apa-apa yang tetap ada (survive) akan tetapi tidak dapat dipakai untuk menerangkan apa yang terjadi (arrive). Fikiran manusia yang menyatakan bahwa ide tentang maksud dan tujuan dalam alam ini tidak diterima lagi adalah merupakan suatu kesalahan yang dapat diatasi dan diatasi oleh fikiran yang paling dalam. Argumen klasik tersebut telah diketahui kekuatan dan kelemahannya nampaknya tidak perlu diperlukan lagi pada zaman sekarang.

Beberapa ahli fakir pada zaman sekarang telah memperbincangkan soal-soal ini, mereka telah mempersembahkan buah fikiran mereka yang baru hingga untuk sementara perlu kita lebih mengesampingkan lebih dahulu bukti-bukti tradisional dan mempelajari bukti-bukti yang baru. Dan oleh karena bukti-bukti klasik itu biasanya dimulai dari alam yaitu apa yang diluar diri kita maka cara yang baru ini juga dimulai dengan alam.


III. Kesimpulan

Dalam pada itu alam sedikit banyaknya memiliki sumbangan dalam menyampaikan kebaikan dalam universal di dunia ini yaitu kebaikan universal dipimpin manusia yang bermoral tinggi maka mestilah ada sesuatu zat yang menentukan tujuan ini beredar dan berevolusi ke arah tujuan itu. Zat inilah yang disebut Tuhan. Ringkasnya menurut argumen teleologis, alam ini mempunyai tujuan dalam evolusinya. Alam ini sendiri tak bisa menentukan tujuan itu. Yang menentukannya haruslah dzat yang lebih tinggi dari alam sendiri, yaitu Tuhan.

IV. Penutup

Demikian makalah ini yang saya sampaikan, namun saya sadar, kalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik yang konstruktif dan saran yang inovatif sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi kita dan menambah khazanah keilmuan kita semua hanya kepada Tuhan kita mohon ampun. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Daftar Pustaka

    Harun Nasution, Filsafat Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1991.
    Theo Huybers, Mencari Allah Swt, Kanisius, Yogyakarta, 1992.
    Ewing. A.C., Terjamah, Uzair Fauzun dkk, Persoalan-Persoalan Mendasar Filsafat, Pustaka Pelajar, Yogyakarata, 2003.
    Rasyidi Prof. Dr. H. M., Filsafat Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
    Bakhtiar, Amsal Drs.Filsafat Agama I,  PT. Logos, Wacana Ilmu, 1997.