MAKALAH FILSAFAT BAGAIMANA POKOK PEMIKIRAN FILSAFAT AUGUST COMTE TENTANG POSITIVISME
Pendahuluan - Pada masa perkembangan filsafat modern terdapat banyak macam pemikiran para tokoh-tokh filsafat, diantaranya August Comte, dimana pemikiranya lebih banyak membahas tentang positivisme atau lebih memfokuskan pada filsafat posiftivisme. Filsafat positivisme sendiri membahas filsafat dan ilmu pengetahuan kepada bidang gejala-gejala saja, apa yang dapat kita lakukan ialah segala fakta yang menyejikan diri kepada kita sebagai penampakan atau gejala, kita terima saja apa adanya, sesudah kita untuk mengatur fakta-fakta tadi menurut hukum tertentu, akhirnya dengan berpangkal kepada hukum-hukum yang telah ditentukan tadi kita mencoba melihat ke masa depan, ke apa yang atau tampak sebagai gejala dan menyesuaiakan diri dengannya.
Pemikiran seperti ini yang kemudian timbul filsafat yang disebut positivisme yang diturunkan dari kata positif. Setelah melihat latar belakang diatas timbul suatu permasalahan yaitu bagaimana pemikiran filsafat August Comte terutama tentang permasalahan filsafat positivismenya.
Biografi August Comte
August Comte 1978-1857 dilahirkan di Montpellier pada tahun 1798 dari keluarga pegawai negeri yang beragama khatolik. Karya utama Augus Comte adalah Cours de Philosophie Positive yaitu kursus tentang filsafat positivisme (1820-1842) yang diterbitkan dalam enam jilid. Karyanya yang pantas disebut disni adalah Discour Tesprit Positive (1844) yang artinya pembeicaraan tentang jiwa positif. Dalam karyanya yang inilah Comte menguraikan secara singkat pendapat-pendapat pisitivis, hukumnya tiga studi, klasifikasi ilmu-ilmu pengetahuan dan bagaian mengenai tatanan dankemajuan. Positifisme dibagi menjadi tiga zaman, Zaman teologis, zaman metafisi dan zman positif.
Zaman Teologis, zaman diaman manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adi kodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Zaman teologis ini dibagi lagi atas tiga periode:
Zaman positif, yaitu ketia orang tidak lagi berusaha mencapai pengetahuan tentang yang mutlak bagi teologis maupun metafisis. Sekarang yang berusaha mendapatkan hukum-hukum dari fakta-fakta yang didapatinya dengan pengataman dan akalnya. Tujuan tertinggi dari zaman ini akan tercapai bilamana gejala-gejala telah dapt disusun dan diatur dibawah satu fakta yang umum saja. Hukum tiga tahap tidak berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi tiap perseorangan, umpamanya sebagai anak, manusia adalah seorang teolog sebagai pemuda menjadi metafisikus dan dibagi orang dewasa ia adalah fisikus.
Selain pemikiran filsafat positivisme, August Comte memiliki ajaran altruisme dimana ajaran ini merupakan kelanjutan ajarannya tentang tiga zman, altruisme diartikan sebabagai meyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat, bahkan bukan salah satu masyarakat melainkan humanite, suku bangsa manusia pada umumnya jadi altruisme bukan sekedar lawan egoisme.
Keterarutan masyarakat yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau semua orang dapat menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka, sehubungan dengan altruisme ini Comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan keilahian dari positivisme ini disebut le grand etre "Maha Makhluk". Untuk ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk le grand etre itu, lengkap dengan iman-iman, santo-santo, pesta-pesta liturgi dan lainya. Ini sebenarnya dapat diaktakan sebagai suatu agama Katholik tanpa agama masehi. Dogma satu-satunya agama inia dalah cinta kasih sebagai prinsip, tata tertip sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan, untuk itulah altruisme comte merupakan paradokal ari hukum tiga zamannya, karena itu juga ia meninggalkan agama.
Filsafat August Comte yang paling utama adalah positivisme yang terdiri dari tiga zaman yaitu zaman teologis, metafisi dan positif, dari tiga zman ini mempunyai pengertian yang berbeda tetapi saling berhubungan tentang tiga zman tersebut mempunyai perumpamaan sama dengan kehidupan manusia.
Daftar pustaka
Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, yayasan piara Bandung, 1997.
Drs. A.Chairil Basari, Filsafat IAIN Walisongo, Semarang, 1986.
Drs. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Kanisius Yogyakarta, 1980.
August Comte 1978-1857 dilahirkan di Montpellier pada tahun 1798 dari keluarga pegawai negeri yang beragama khatolik. Karya utama Augus Comte adalah Cours de Philosophie Positive yaitu kursus tentang filsafat positivisme (1820-1842) yang diterbitkan dalam enam jilid. Karyanya yang pantas disebut disni adalah Discour Tesprit Positive (1844) yang artinya pembeicaraan tentang jiwa positif. Dalam karyanya yang inilah Comte menguraikan secara singkat pendapat-pendapat pisitivis, hukumnya tiga studi, klasifikasi ilmu-ilmu pengetahuan dan bagaian mengenai tatanan dankemajuan. Positifisme dibagi menjadi tiga zaman, Zaman teologis, zaman metafisi dan zman positif.
Zaman Teologis, zaman diaman manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adi kodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Zaman teologis ini dibagi lagi atas tiga periode:
- Periode pertama; dimana benda-benda dianggap berjiwa (animisme).
- Periode kedua; manusia percaya dewa-dewa (politheisme).
- Periode Ketiga; manusia percaya pada satu Tuhan sebagai yagn maha kuasa (Monotheisme).
Zaman positif, yaitu ketia orang tidak lagi berusaha mencapai pengetahuan tentang yang mutlak bagi teologis maupun metafisis. Sekarang yang berusaha mendapatkan hukum-hukum dari fakta-fakta yang didapatinya dengan pengataman dan akalnya. Tujuan tertinggi dari zaman ini akan tercapai bilamana gejala-gejala telah dapt disusun dan diatur dibawah satu fakta yang umum saja. Hukum tiga tahap tidak berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi tiap perseorangan, umpamanya sebagai anak, manusia adalah seorang teolog sebagai pemuda menjadi metafisikus dan dibagi orang dewasa ia adalah fisikus.
Selain pemikiran filsafat positivisme, August Comte memiliki ajaran altruisme dimana ajaran ini merupakan kelanjutan ajarannya tentang tiga zman, altruisme diartikan sebabagai meyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat, bahkan bukan salah satu masyarakat melainkan humanite, suku bangsa manusia pada umumnya jadi altruisme bukan sekedar lawan egoisme.
Keterarutan masyarakat yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau semua orang dapat menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka, sehubungan dengan altruisme ini Comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan keilahian dari positivisme ini disebut le grand etre "Maha Makhluk". Untuk ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk le grand etre itu, lengkap dengan iman-iman, santo-santo, pesta-pesta liturgi dan lainya. Ini sebenarnya dapat diaktakan sebagai suatu agama Katholik tanpa agama masehi. Dogma satu-satunya agama inia dalah cinta kasih sebagai prinsip, tata tertip sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan, untuk itulah altruisme comte merupakan paradokal ari hukum tiga zamannya, karena itu juga ia meninggalkan agama.
Filsafat August Comte yang paling utama adalah positivisme yang terdiri dari tiga zaman yaitu zaman teologis, metafisi dan positif, dari tiga zman ini mempunyai pengertian yang berbeda tetapi saling berhubungan tentang tiga zman tersebut mempunyai perumpamaan sama dengan kehidupan manusia.
Daftar pustaka
Dr. Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, yayasan piara Bandung, 1997.
Drs. A.Chairil Basari, Filsafat IAIN Walisongo, Semarang, 1986.
Drs. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Kanisius Yogyakarta, 1980.
0 comments:
Post a Comment